Kota tilas corong candunya Hindia Belanda yang terletak di pesisir utara Jawa ini pernah jaya pada era jalur sutra laut yang menjadikannya termasuk dalam lintasan pelayaran protogobalisasi sejak abad 14. Negarakertagama dan sejumlah kanon dari Tiongkok abad 14 telah mencatat nama Lasem di dalamnya.
Sejumlah julukan legendaris disematkan, Tiongkok Kecil atau Petit Chinois, Kota Batik, dan Kota Santri.
Lasem dan tinggalan 265 bangunan kuno Pecinan di area seluas 160 hektar dapat dinobatkan sebagai satu dari sedikit kawasan mansion Pecinan dengan beragam langgam arsitektur Cina Hindia terluas di Indonesia.
Kota yang pernah dipimpin oleh Dewi Indu yang bergelar Bhre Lasem (adik perempuan Raja Hayam Wuruk) pada tahun 1351-1479 masa Kerajaan Majapahit ini pun memiliki tradisi batik yang mumpuni bersanding dengan beberapa kota batik di pesisir utara Jawa. Pasarnya? Jangan ditanya, catatan Belanda akhir abad 19 menyebutkan batik Lasem banyak diekspor ke Singapura, Malaysia dan beberapa negara di Asia Tenggara melalui jalur laut dan jaringan kelompok rahasia (secret society)!
Kota ini juga terkenal menjadi bandar kayu jati dan salah satu pusat pembuatan kapal terbaik Hindia Belanda sejak tahun 1650 bersama Batavia. Dari budaya naval ini lah, sejarah budaya Lasem dan batiknya terbentuk.