Lasem, Pelatihan kesepuluh dalam program Kartini Bangun Negeri dilaksanakan dalam dua sesi. Pada tahapan pertama mengenai Batik Tiga Negeri. Dimana Batik Tiga Negeri merupakan batik pesisir dengan motif kombinasi pesisiran dan pedalaman serta merupakan gambaran keberagaman, toleransi, dan silang budaya nusantara. Pada akhir abad ke-19 Masehi, kain batik mulai menjadi dagangan premium sandangan wanita Melayu, peranakan Cina, Belanda, Arab, atau bangsawan lokal.
Menurut budaya tutur, Batik Tiga Negeri merupakan batik yang dibuat di tiga daerah yaitu Lasem, Pekalongan dan Solo. Nama tiga negeri juga berarti batik yang mengalami proses pewarnaan di tiga kota tersebut. Elemen batik tiga warna yang terdiri dari warna merah getih pitik mewakili Lasem, Biru mewakili Belanda, dan Soga mewakili Solo/Yogyakarta.
Pada kesempatan kali ini bukan hanya materi Batik Tiga Negeri yang dipaparkan akan tetapi Agni Malagina juga menjelaskan mengenai Pemetaan Kawasan Budaya Lasem. Pemetaan warisan budaya dibagi menjadi dua yakni warisan budaya benda dan warisan budaya non-benda.
Pemetaan warisan benda dilakukan dengan pemetaan google map maupun pemetaan GPS. Beberapa warisan budaya benda banyak terdapat di beberapa titik di wilayah Gambiran Soditan, Karangturi, Sumbergirang, Kampung Batik Babagan, dan sekitarnya.
Kemudian membahas warisan budaya tak benda yang meliputi;
- Toponimi yakni penamaan tempat, asal – usul nama tempat.
- Tradisi lisan meliputi kisah – kisah yang ada di Lasem seperti kisah Panji, kisah Sunan Bonang, Perang Kuning, legenda Cheng Ho, kisah bende becak, dan sebagainya.
- Ritual dan tradisi Adapun tradisi Islam, Pecinan, dan Jawa.
- Event dan festival seperti sedekah bumi/laut, hari besar, haul Eyang Sambu, Imlek, sembahyang Tuhan Allah, dan sebagainya.
- Pengetahuan kearifan lokal seperti Bahasa, pengobatan, nama dan makna motif batik, Teknik pembuatan terasi, Teknik penangkapan ikan,kerang dan gogo, dan sebagainya.
- Seni pertunjukan meliputi gamelan, laesan, wayang gagrak, tari orek- orek, tari dolanan anak, barongsai dan liong -liong.
- Seni kriya meliputi batik, furniture, kuningan, anyaman, gerabah, dan wayang kulit;.
- Kuliner meliputi lontong tuyuhan, mrico, urab latoh, dan masih banyak lagi.
Sesi kedua dilanjutkan oleh Hayuning Sumbadra yang mengawali sesi dengan menjalaskan teori warna sebagai salah satu modal dalam mendesain sebuah produk. Teori warna merupakan ilmu dan seni dalam menggunakan warna. Dalam teori warna, warna disusun pada roda warna dan dikelompokkan menjadi 3 kategori : warna primer meliputi merah,kuning dan biru; warna sekunder meliputi hijau, oranye, dan ungu (warna yang terbentuk dari campuran warna primer); dan warna tersier meliputi kuning-hijau, hijau-biru, biru-ungu, ungu-merah, merah-oranye, oranye-kuning(warna yang terbentuk dari campuran warna primer dan sekunder).
Jika dibuat garis garis tengah pada roda warna akan terlihat pembagian warna hangat (semua warna turunan dari warna merah,oranye, dan kuning) yang dikaitkan dengan energi, kecerahan, dan aksi serta warna dingin (semua warna turunan dari warna biru, hijau, dan ungu) yang diidentikan dengan ketenangan, kedamaian, dan ketentraman. Dengan roda warna designer biasanya mengembangkan skema warna untuk menentukan warna sebuah produk.
Skema warna dibagi menjadi 3 kategori : (1) Complementary/ dua warna bersebrangan; (2) Analogous/ tiga warna bersebelahan (3) Triadic/ tiga warna dari sudut segitiga. Kemudian dilanjutkan para peserta menentukan warna dan desain produk yang akan dibuat.
Kolaborasi antara potensi budaya yang dimiliki oleh Lasem pada umumnya serta dipadukan dengan komposisi warna yang menarik akan menciptkan sebuah karya yang mengagumkan. Dalam membuat sebuah produk tidak selalu mengikuti trend, tapi bagaimana menciptakan produk untuk menciptakan trend hal itulah yang perlu kita lakukan sebagai bentuk pelestarian terhadap batik tulis Lasem.