Lasem Heritage Fondation sebagai Implementing Partner Daerah BI KPwD Jawa Tengah dalam program Pengembangan UMKM Subsistence, mengadakan kegiatan FGD (Forum Group Discation) dalam program KABARI (Kartini Bangun Negeri) yang bertempat di Museum Nyah Lasem Desa Karangturi. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Perwakilan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Rembang, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi & UMKM Kabupaten Rembang, Koperasi Batik Tulis Lasem, Klaster Batik serta penggerak seni kriya di Kabupaten Rembang.
Pelaksanaan FGD bertujuan untuk menyampaikan hasil survey lapangan yang telah dilaksanakan oleh surveyor terhadap rumah batik yang berada di Kawasan Kota Lasem dan sekitarnya. Kegiatan survey yang dilaksanakan secara dor too dor dari rumah batik satu dengan rumah batik lainnya, diharapkan mampu memperoleh data yang maksimal.
Kegiatan yang dilaksanakan hampir sehari penuh ini, dimulai pukul 09.30 WIB yang dibuka langsung oleh Kepala BI KPwd Jawa Tengah Bapak Rahmad. Dan kegiatan ini selesai pukul 16.00 WIB yang terbagai menjadi beberapa sesi yaitu sesi pertama pemaparan hasil survey, selanjutnya pemaparan program kabari dan diskusi dan yang terakhir pembuatan analisis SWOT secara partisipatif yang dilakukan oleh peserta FGD.

Dalam kesempatan itu, Agni Malagina selaku Team Leader dalam program Kartini Bangun negeri menyampaikan hasil survey yang memuat indikator-indkator penilaian terhadap rumah batik kepada para peserta FGD. Hal itu disambut baik oleh para pengelola rumah batik yang ikut hadir dalam kesempatan itu. Seperti yang dikatakan Santoso (Ketua Klaster Batik Lasem) “dengan memaparkan hasil survey ini saya jadi tahu tentang permasalahan kan kondisi rumah batik di Kota Lasem Secara keseluruhan, selain itu mengetahui beberapa rumah batik yang sudah tidak berproduksi lagi” ucapnya.
Dalam sesi diskusi, peserta yang hadir antusias dalam memberikan tanggapan terkait kendala yang dihadapi dalam mengelola usaha batik. Namun masalah yang sering muncul terkait rendahnya regenerasi pembatik yang membuat pada saat ini para pembatik berada dikisaran umur 40 tahun lebih. Hal itu yang membuat kekhawatiran bahwa Batik Tulis Lasem yang sudah ditetapkan menjadi warisan dunia tak benda ini mulai berangsur berkurang keberadaanya.
Sampai kegiatan selesai tercatat terdapat 13 masalah atau kendala yang dihadapi oleh pengelola rumah batik yang berada di Kawasan Kota Lasem dan sekitarnya. Masalah atau kendala tersebut antara lain;
- Batik lasem jalanya masih lurus mengikuti arus sehingga belum mampu mengalami peningkatan maksimal.
- Diharapkan proses produksi batik tulis Lasem salah satunya pewarnaan dilakukan secara komputerisasi.
- Belum adanya pertemuan pengrajin batik dengan pengusaha kain agar dapat berkolaborasi.
- Mesin jahit di koperasi batik terbatas, namun anggota koperasi lebih dari 70 lebih. Belum tahu mesin jahit mau diapakan, selain itu juga memiliki kendala tempat yang kurang luas.
- SDM pembatik tulis Lasem mengalami penurunan terutama dikalangan pemuda.
- Kurangnya teknologi terbaru yang mampu menggantikan dan mengatasi permasalahan berkurangnya SDM, namun tidak mengurangi ke nilai batik itu sendiri.
- Kurangnya menyamakan konsep dan narasi batik sesama pengrajin, tentang apa yang membedakan batik Lasem dengan yang lain Batik belum mampu mensejahterakan pembatiknya secara maksimal
- Batik belum mampu mensejahterakan pembatiknya secara maksimal
- Bahan baku semakin mahal namun harga jual batik Lasem tergolong murah dibandingkan dengan batik Solo dan Pekalongan
- Pengrajin batik mengalami kesulitan diversifikasi produk, salah satunya agar sesuai baju yang up-to-date sesuai jaman sekarang
- Kurangnya skill mengkombinasikan kain batik Lasem, sedangkan kain batik semakin hari semakin mahal, namun dilapangan harga baju batik memiliki nilai yang cukup murah
- Tidak adanya street fashion agar anak muda mampu menggunakan baju batik dengan matching.
- Belum ada SMK batik, diharapkan dengan adanya SMK batik mampu mengatasi permasalahan pengrajin batik khususnya pemuda yang semakin berkurang. Yang mana SMK dilengkapi dengan peralatan dan teknologi yang mumpuni, serta diberikan ilmu dan pengetahuan batik dengan begitu pemuda Lasem akan memiliki kesamaan pemahaman terkait batik Lasem bahkan memunculkan rasa cinta batik tulis Lasem.
